HUTANG

Bagi kalian selama ini struggling dengan hutang, pernah ngerasa capek gak sih harus hidup dengan gali lubang tutup lubang?

Lalu bagi kalian yang dihutangi, sungkan gak sih kalian untuk nagih hutang?

Well, banyak banget situasi yang menyebabkan kita bisa terjebak dalam lubang hitam ini. Entah karena terpaksa, seperti berobat, atau kena bencana, itu mungkin tidak bisa dihindari dan amat sangat terpaksa menjadi keputusan yang harus diambil. Tapi bila kalian berhutang dan terjebak hutang karena lifestyle. Naahhh, disini masalahnya. Itu berarti kalian menjebak diri kalian sendiri kedalam lubang hitam. Ibarat kalian suda tahu kalo didepan itu adalah jurang tapi kalian nekat juga lompat dengan tidak ada peralatan untuk terjun.

Sangat disayangkan bahwa begitu banyaknya promo kartu kredit yang saat ini ditawarkan dengan berbagai pilihan yang sangat menarik menyebabkan semakin banyak orang yang “ketergantungan” dengan hal ini. Berpikir dengan berhutang kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan sekarang lalu dicicil dikemudian hari memang menggiurkan. Tapi hal ini harus disertai dengan kebajikan, dimana kita harus bisa menghitung setidaknya pemasukan dan pengeluaran kita selama ini. Bila tidak, kita akan tertawan dan susah keluar. Karena kalo sudah terlilit hutang, teman pun biasanya enggan menolong, keluarga pun dapat menolong kalo mampu.

Karena itu, kenali apa yang menjadi keinginan dan kebutuhan. Dan kalo pun kebutuhan apakah itu penting untuk long term atau short term. Kalo saya pribadi dalam mempertimbangan sesuatu yang bernilai, akan membutuhkan waktu yang cukup lama, hanya untuk memastikan bahwa aku tidak menyesal setelah membelinya. Kalo perlu aku akan cari informasi sedetail mungkin dan memikirkannya berhari-hari. Pernah memang beberapa kali aku membeli barang yang “kurang berguna”, yang akhirnya menjadi penyesalan. Dari kejadian itu saya belajar untuk lebih bijak lagi.

Tapi bagaimana bila suda terlanjur terjerat oleh lifestyle atau hutang yang ada. Pertama yang harus kamu tanamkan dalam dirimu adalah HUTANG ITU HUKUMNYA HARUS DIBAYAR. Apapun yang terjadi hutang harus selalu dibayar. Bila kamu berani berhutang maka kamu harus melunasinya. Jangan lari dari hutangmu, karena bila kamu berpikir bisa lolos dari hutang di dunia ini, namun tidak di akhirat nanti. Lalu kedua, berusahalah/ bekerjalah untuk menghasilkan uang supaya bisa membayarnya, namun usahakanlah kamu menghasilkan uang dengan cara yang benar. Karena bila kamu menghalalkan segala cara, bukannya hutangmu lunas tapi kamu malah menciptakan lubang hitam baru dalam hidupmu. Ketiga, jangan berhutang untuk melunasi hutangmu. Itu hanya menbuatmu berputar-putar dalam lingkaran hitam. Tekan gaya hidup dan bahkan tekankan dalam dirimu, “susah dulu tak apa, demi kemerdekaan kemudian”, seperti pepatah Indonesia “berakit-rakit dahulu bersenang-senang kemudian”. Terakhir, berserah kepada Tuhan. Ini mungkin menjadi poin terakhir tapi sebenarnya ini adalah langkah awal hingga akhir yang harus dilakukan. Yang bisa mengubah keadaan kita, membantu kita mengendalikan diri dan membimbing kita dengan ide-ide dalam usaha adalah Tuhan. Karena itu, jangan lupa andalkan Dia.

Tapi bagaimana bila saat ini kamu seorang pemberi hutang. Dan kamu memberikan hutang kepada temanmu yang akhirnya membuatmu sungkan untuk menagih. Pola pikir ini sebenarnya sudah salah kaprah sejak awalnya. Karena pola pikir inilah mengapa seorang penghutang bisa berani melawan si pemberi hutang. Padahal yang berhak marah/ lebih galak ketika menagih hutang sewajarnya adalah yang memberi hutang. Karena itu, aku menanamkan dalam pikiranku kalo mengenai ini adalah, “Menagih hutang adalah hak dan juga kewajibanku sebagai pemberi hutang, tidak ada yang salah dengan itu”. Lalu kamu bertanya, “nanti hubungan kita sama teman kita rusak dong?”. Hanya ada 2 alternatif yang bisa diberikan, pertama ikhlaskan bila memang kamu mampu untuk mengikhlaskan. Ini biasanya aku lakukan kepada temanku yang meminta pinjaman, mungkin aku tidak akan memberikan pinjaman sesuai nominal yang dia minta, tapi aku akan memberikan sesuai nominal yang mana aku ikhlas dalam membantunya. Kedua, tagihlah! Bila dia memang teman yang layak kamu pertahankan dan bila ia adalah teman yang baik, maka ia akan memiliki niatan untuk menbayarnya, bila tidak ia tidak lebih dari sekedar parasit yang menyedot inangnya.

So, bagaimana pilihanmu?

Leave a comment